'Kapten....Kapten....' terdengar samar-samar sesorang memanggil ku. 'Kapten! apa perintah mu?' tanya Firas kepadaku. 'Terus maju, amankan monas! Kita nggak bisa biarin bajingan itu ngerebut monas! Bawa pasukan lu segera!' perintah ku kepada firas. 'Roger!' Firas langsung mengumpulkan anak buah nya, dan langsung bergerak maju menuju monas.
Perkenalkan nama ku Reyhan 'Jawa' Fajrin. Pangkatku adalah sebagai kapten di Detasemen Jala Mengkara atau biasa disebut DENJAKA, sebuah kesatuan pasukan khusus yang dibentuk oleh angkatan laut dan marinir. Saat ini sedang terjadi perang, perang dunia ketiga sepertinya. Dan Indonesia juga terlibat dikarenakan kita mendukung Rusia.
Semua ini berawal dari konflik yang terjadi antara Amerika dengan Rusia terkait merdekanya rakyat Crimea di Ukraina. Saat itu Rusia hanya ingin mengamankan daerah Ukraina saja, tetapi Amerika telah melakukan brainwash pada beberapa negara eropa dan mengatakan bahwa Rusia akan menyerang Ukraina. Semua itu salah besar! Rusia sama sekali tidak ada niat untuk menyerang atau menjajah Ukraina, mereka hanya ingin menyelesaikan konflik yang terjadi antara Crimea dengan Ukraina. Amerika memang bajingan, mereka licik dan menggunakan segala cara agar negara eropa berpihak pada mereka, sedangkan yang berpihak pada Rusia cenderung sedikit. Negara yang berpihak kepada Amerika adalah negara yg memang memiliki kekuatan militer yg baik, seperti Spanyol, Italia, Belanda, Prancis, Portugal, Israel, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Vietnam, Australia, Kanada, Brazil, dan masih banyak lagi. Sedang kan yang berpihak pada Rusia hanya Cina, Indonesia, Iran, Korea Utara, Jerman, dan Inggris. Sisanya adalah negara-negara yg tidak terlalu kuat militernya, tapi memang cukup membantu.
Kami diserang langsung oleh Malaysia dan Singapura karena memang letaknya dekat dengan negara kami. Malaysia menjatuhkan rudal kontrol di Samarinda, sedangkan Singapura menyerang melalui serangan udara di Jakarta dan sekitarnya. Tapi kita tidak tinggal diam, Baseplate militer kami langsung mengirim pasukan, diantaranya adalah satuan ku, Tim Tiram DENJAKA. Satuan ku terdiri dari:
- Kapten Reyhan (aku)
- Letnan Aziz
- Sersan Hadyan, dan
- Sersan Dhanu
Mereka semua dibawah pimpinanku, dan kami juga bekerja sama dengan Tim Silver KOPASSUSS yang beranggotakan:
- Sersan Kepala Firas
- Sersan Luthfi
- Sersan Pangga, dan
- Kopral Adiyasa
Atas arahan dari Baseplate, kami ditugaskan bersama untuk menghancurkan pemancar radio milik Malaysia yang dipakai untuk meminta bantuan kepada Amerika. Menara itu terletak di Monumen Nasional yang tengah dikuasai mereka.
'Semuanya ikutin gue, kita hancurin mereka lewat belakang, mereka pasti ga bakal nyadar' seru ku kepada rekan tim ku. 'Mending bagi tugas aja jaw, dibagi jadi dua regu, kalo engga pasti bakal ketauan infiltrasi kita' kata Aziz memberi saran. 'Oke deh, gue sama Dhanu. Lu sama Hadyan ya ziz. Ketemu di target 10 menit lagi' 'Siap!' balas aziz. Aku langsung menyisir melewati belakang gedung Bank Indonesia menuju monas. 'Kontak arah jam 11!' seru Dhanu. Aku langsung menembaknya dengan sigap menggunakan G36C milikku. Lalu tiba-tiba di depan kami ada tank milik musuh, dan langsung menembakkan rudalnya ke arah kami 'Tiarap!!!' perintah ku. Sontak aku dan Dhanu langsung tiarap, rudal itu meledak dibelakang kami. 'Anjing! pake ada tank segala lagi' keluh ku. 'Nu, disitu ada RPG. Buruan ambil dan tembak tank biadab itu! Gue bakal nge cover lu' ucap ku kepada Dhanu seraya menunjuk ke pintu belakang gedung Bank Indonesia. Dhanu langsung berlari ke tempat dimana RPG itu berada. 'Dapet nih!' seru nya. 'Bagus sekarang tembak tank-nya!' balas ku, Dhanu membidik tank tersebut dan langsung menembaknya di bagian kepala tank.
'DOOOOOMMM'
Terdengar suara ledakan tersebut cukup besar. Setelah tank tersebut hancur, aku dan Dhanu langsung menembakki musuh yang ada di depan kami dengan sigap. 1...2...3...4...dan seterusnya hingga mencapai puluhan musuh yang berhasil kami lumpuhkan. 'Haaah...haah...ayo nu, sebentar lg sampe monas. Jangan kepayahan dulu, masih banyak misi yang belum kita selesaikan' 'Haaah...haaah..oke' jawab Dhanu sembari melepas body armornya yang telah hancul terkena peluru musuh, untungnya tidak tembus.
Lalu aku dan Dhanu kembali mengendap-endap untuk mencapai monas. Lalu tiba-tiba..'Krshhh... Man down, man down. Hadyan ketembak jaw, luka nya lumayan dalem. Banyak musuh juga di sini, gue ga bisa ngebuat pertolongan buat Hadyan. Ganti' terdengar suara Aziz di headset yang aku kenakan, headset tersebut dilengkapi microphone dan berfungsi seperti walkie talkie. Aku langsung membalas 'Tahan di situ! Gua bakal kirimin bantuan' 'Kontak arah jam 2' ucap Dhanu sambil menembak musuh yang sudah siap dengan E14 Snipernya untuk membunuh kami, untungnya Dhanu lebih sigap. 'Good Dhanu! Sekarang kita maju terus ke Monas. Ayo!' lalu kami langsung bergerak menuju monas dengan amunisi seadanya.
Setelah beberapa menit bergerak, aku teringat Aziz dan Hadyan. Aku langsung menghubungi Adam Montoya, seorang Amerika yang akhirnya sadar dan membela Rusia dan sedang menetap di Indonesia. 'Adam come in, we need air support. My man is down, there's too many of them!' 'Got it, just throw the markers' 'Roger'. Marker yang dimaksud bukan lah spidol, tapi bom asap berwarna sebagai penunjuk untuk bantuan udara, dan kita harus melemparnya ke wilayah musuh. 'Ziz masuk, lempar smoke marker nya ke wilayah musuh sekarang!' 'Baik!'. Aziz langsung melempar marker nya, dan selang beberapa detik bantuan udara kami langsung meledakkan wilayah musuh tersebut. 'Thanks Adam' 'Anytime dude, stay sharp, over' 'Got it'. Aku dan Dhanu langsung berlari menuju Aziz dan Hadyan berada, Hadyan terlihat mengalami luka tembak tepat di paha kanan dan dada nya. Aku langsung menghubungi tim medis, dan tidak lama mereka datang dan membantu Hadyan sementara aku, Aziz, dan Dhanu harus menyelesaikan misi. 'Ayo kita percepat semuanya, buat negara kita, buat Hadyan, buat seluruh rakyat yang menderita gara-gara mereka' ucap ku kepada rekan-rekan ku.
Tidak terasa kami sampai di depan pintu utama monas, dan banyak sekali kontak senjata terjadi. Kami langsung bergabung dengan Tim Silver KOPASSUSS, partner kami. 'Dapet info apa? tanya Aziz kepada Firas. 'Menara nya di belakang monas, susah buat masuk ke sana karena banyak yang jaga' jawab Firas. 'Ah bullshit, ga ada yang ga mungkin! Kita serang dari depan aja, kita ga punya banyak waktu buat muter waktu lagi ke belakang' ucap ku. Kami bersama Tim Silver pun langsung menyisir pintu utama monas yang dijaga tentara Malaysia. Tetapi tiba-tiba ada pesawat tempur tak dikenal menjatuhkan bom tepat di depan kami.
Setelah itu semuanya gelap..... (End)
Tunggu kelanjutannya di blog ini B)